Minggu, 18 Juli 2010

kolesterol ternyata bermanfaat juga lho!!

Kolesterol sering dihindari karena dianggap berbahaya bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, sebenarnya kolesterol banyak manfaatnya, termasuk mencegah osteoporosis.

Kolesterol merupakan prekursor utama pembentukan vitamin D serta hormon reproduksi, seperti estrogen dan testosteron. Vitamin D dan hormon tersebut penting guna menjaga keseimbangan pembentukan dan perusakan tulang untuk mencegah terjadinya osteoporosis (pengeroposan tulang).

Dalam hal ini, fungsi estrogen atau testosteron adalah mengontrol proses resorpsi tulang (osteoklas) dan membantu pembentukan tulang (osteoblas). Penurunan kadar hormon reproduksi menyebabkan penurunan kepadatan tulang karena tidak ada yang menyeimbangkan kedua proses itu.

Guru besar obstetri dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), Ichramsjah A Rachman, dalam seminar tentang osteoporosis yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia, pekan lalu di Jakarta, menyarankan agar orang tidak diet berlebihan sehingga tubuh kekurangan kolesterol.

Tulang berlubang

Istilah osteoporosis berasal dari bahasa Latin yang berarti tulang yang berlubang. Gangguan kesehatan ini rupanya telah dikenal sejak zaman Yunani kuno.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan osteoporosis sebagai penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Hal ini berakibat pada menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko terjadinya patah tulang.

Patah tulang akibat osteoporosis umumnya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, dan panggul. Menurut buku saku Pencegahan Dini Osteoporosis yang ditulis dr Sonya Roesma, tulang terdiri atas zat keras seperti batu, yaitu kalsium. Namun, berbeda dengan batu, tulang hidup, lentur, tumbuh, dan mampu memperbaiki diri saat terjadi kerusakan.

Proses perbaikan terjadi pada permukaan tulang secara serentak, yaitu lewat osteoklas dan osteoblas. Proses penghancuran tulang tua membutuhkan waktu tiga minggu, sementara proses penggantian tulang perlu waktu sekitar tiga bulan. Proses ini memerlukan kalsium dan vitamin D serta peran hormon reproduksi, estrogen bagi perempuan dan testosteron pada laki-laki.

Seseorang dinyatakan osteoporosis (rapuh tulang) jika kepadatan tulangnya kurang atau sama dengan -2,5. Jika hasil pengukuran kepadatan tulang antara -1 sampai lebih dari -2,5 disebut osteopeni (penurunan massa tulang).

Pembentukan massa tulang paling pesat terjadi sejak dalam kandungan sampai anak berusia 17 tahun, yaitu sebesar 91 persen. Pada usia 20-an kepadatan tulang mencapai puncaknya. Saat perempuan hamil, massa tulang berkurang untuk pertumbuhan janin. Demikian pula waktu menyusui. Setelah usia 35 tahun, seiring berkurang estrogen, massa tulang berkurang 2-3 persen per tahun sampai saat menopause (49-51 tahun). Selanjutnya penurunan massa tulang melambat sekitar 1-2 persen per tahun.

Pada laki-laki, proses penurunan massa tulang juga terjadi, yaitu ketika hormon testosteron mulai berkurang. Walau jarang, tidak tertutup kemungkinan orang berusia 20-30 mengalami osteoporosis. Umumnya kasus itu terjadi pada orang yang mengalami kelainan hormon, mengonsumsi steroid, atau kurang gizi.

Upaya lain yang harus dilakukan untuk mempertahankan kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis adalah mencukupi asupan kalsium, vitamin D, cukup terpapar sinar matahari (ultra violet beta), tidak merokok maupun minum alkohol, mengurangi kopi, serta aktif berolahraga.

Sinar matahari mengubah previtamin D di kulit menjadi vitamin D. Vitamin ini lantas diubah dalam hati dan ginjal menjadi kalsitriol yang merangsang pembentukan tulang.

Kalsium bisa didapat dari susu dan produk susu (keju, yoghurt), teri, kacang-kacangan; sayuran, seperti daun pepaya, bayam, sawi, brokoli, dan daun hijau lainnya, serta buah jeruk. Adapun fitoestrogen yang terdapat dalam kedelai dan produknya, kacang-kacangan, bengkuang serta sayuran hijau membantu penyerapan kalsium.

Olahraga aerobik

Menurut ahli kedokteran olahraga dari FKUI, Tanya TM Rotikan, olahraga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik, seperti jalan kaki, naik sepeda, dan berenang. Kemudian latihan untuk kekuatan otot, terutama untuk pinggul, paha, punggung, lengan, pergelangan tangan dan bahu; latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kelincahan serta latihan untuk ekstensi punggung.

Latihan yang tidak dianjurkan adalah yang memberikan benturan dan beban pada tulang punggung karena bisa menyebabkan patah pada ruas tulang punggung. Jangan pula membungkukkan badan ke depan dari pinggang dengan punggung melengkung, misalnya sit up atau mendayung. Olahraga yang mudah menyebabkan jatuh tidak dianjurkan. Demikian pula latihan dengan menggerakkan tungkai ke arah samping atau menyilang badan dengan memakai beban karena hal ini membahayakan tulang pinggul.

Dokter ahli rehabilitasi medik dari FKUI/RSCM, Siti Annisa Nuhonni, mengingatkan perlunya memerhatikan nyeri. Hal itu merupakan tanda mikrofraktur (keretakan tulang). Rasa nyeri umumnya hilang setelah 4-6 minggu.

Jika terjadi terus-menerus, hal ini bisa menyebabkan perubahan postur tubuh, misalnya jadi bungkuk (kifosis). Pada gilirannya, kualitas hidup pun akan menurun karena terjadi nyeri otot punggung, rasa tidak nyaman pada perut, serta gangguan fungsi paru. Osteoporosis tahap lanjut menyebabkan tulang mudah patah, yang bisa berakibat kelumpuhan jika terjadi pada tulang belakang atau tulang panggul.

Untuk mengetahui adanya osteopeni dan osteoporosis, perlu dilakukan pemeriksaan kepadatan mineral tulang secara berkala. Menjelang menopause dilakukan pemeriksaan; jika tidak ada masalah, pemeriksaan berikutnya dilakukan setelah menopause. Saat menopause, jika tulang ternyata masih baik, pemeriksaan diulang tiap tiga tahun. Jika ada masalah, pemeriksaan diulang tiap dua tahun, tidak perlu tiap tahun karena proses osteoporosis berjalan lambat.

The National Osteoporosis Foundation merekomendasikan tes kepadatan mineral tulang bagi perempuan berusia di atas 65 tahun, perempuan yang mengalami menopause dini (kurang dari 45 tahun), ada riwayat osteoporosis dalam keluarga, pernah mengalami patah tulang, kekurangan hormon estrogen, memiliki tulang belakang yang tidak normal, mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang (lebih dari tiga bulan), serta mereka yang menderita hipertiroid.

sumber kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar